KRISTOLOGI - Menurut penanggalan Yahudi, Yesus mati (menghembuskan nafas terakhir) tergantung di atas salib, tanggal 14 Nisan, beberapa jam sebelum hari Paskah Yahudi dirayakan (tanggal 15 Nisan, dimulai pada sekitar pk. 18:00 saat matahari terbenam). Hukuman mati dengan disalibkan dijatuhkan atas perintah gubernur Kerajaan Romawi untuk provinsi Yudea, Pontius Pilatus, berdasarkan laporan para pemuka agama Yahudi saat itu bahwa Yesus Kristus mengaku sebagai Raja orang Yahudi.
Berita penyaliban dan kematian ini dicatat di sejumlah tulisan sejarawan Kerajaan Romawi, orang Yahudi dan murid-murid Yesus. Catatan yang paling detail ditemukan di kitab-kitab Injil dalam bagian Perjanjian Baru Alkitab Kristen. Tempat penyaliban Yesus berada sedikit di luar tembok kota Yerusalem, di bukit yang disebut Tempat Tengkorak atau Golgota. Jalan yang dilalui Yesus menuju ke tempat penyaliban-Nya dikenal sebagai Via Dolorosa (=Jalan Kesengsaraan), atau "Jalan Salib".
MENGAPA YESUS KRISTUS HARUS DISALIB?
Kayu salib tempat di mana Yesus mati merupakan misteri besar. Misteri kematian Yesus dan maknanya yang sebenarnya, menyampaikan dua hal yang penting tentang hubungan Allah dan hubungannya dengan manusia. Pertama, salah satu masalah yang paling mendesak dalam kehidupan adalah masalah dosa atau kejahatan melalui Yesus, Anak Allah, Allah bermaksud melenyapkan penderitaan yang diakibatkan manusia.
Oleh karena itu salib menunjukkan kepada kita bahwa walaupun Allah tidak melenyapkan penderitaan yang diakibatkan dosa manusia dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, Ia ikut mengambil bagian di dalamnya bersama kita.
Allah bukanlah hakim yang kejam yang menjatuhkan vonis yang tidak wajar kepada Yesus yang tidak bersalah. Pada kayu salib itu, Allah sebenarnya ikut mengalami akibat yang paling buruk dari keadaan kita yang berdosa. Kedua, salib menunjukkan kepada kita harga pengampunan dari Allah. Bagi kita sendiri, mengampuni orang lain sering menjadi hal yang sulit. Untuk mengampuni manusia, Allah menyerahkan AnakNya tunggal di kayu salib.
POLEMIK TENTANG PENYALIBAN YESUS JURU SELAMAT
Pandangan tertua mengatakan bahwa Yesus sebenarnya sudah menyadari bahwa kematiannya sudah dekat. Ini adalah kehendak Allah yang harus dijalankan. Pandangan seperti ini tersurat di dalam Alkitab. Paulus dalam Surat 1 Korintus menggambarkan kisah ini sebagai sebuah peristiwa yang 'sesuai dengan kitab suci'. Mazmur 22 dan Yesaya 53 juga disebut-sebut sebagai salah satu bukti bahwa peristiwa kematian Yesus adalah peristiwa yang telah ditetapkan, bahkan jauh sebelum Yesus lahir.
Di kalangan pakar sejarah mengenai Yesus argumen ini tidak selalu diterima. Albert Schweitzer, salah seorang penggagas gerakan Yesus Seminar, melihat peristiwa kematian Yesus sebagai peristiwa pemberontakan yang gagal. Yesus dituduh sebagai tokoh politik yang akan mengancam keberadaan Romawi dan Palestina, dan karena itu dia dibunuh. Kisah di dalam Injil tidak mereka terima sebagai peristiwa historis. Mereka memahami kisah kematian Yesus, yang tertulis di dalam injil, sebagai liturgi yang dipraktikkan di dalam gereja mula-mula
Dikutip dari beberapa sumber literatur.
Berita penyaliban dan kematian ini dicatat di sejumlah tulisan sejarawan Kerajaan Romawi, orang Yahudi dan murid-murid Yesus. Catatan yang paling detail ditemukan di kitab-kitab Injil dalam bagian Perjanjian Baru Alkitab Kristen. Tempat penyaliban Yesus berada sedikit di luar tembok kota Yerusalem, di bukit yang disebut Tempat Tengkorak atau Golgota. Jalan yang dilalui Yesus menuju ke tempat penyaliban-Nya dikenal sebagai Via Dolorosa (=Jalan Kesengsaraan), atau "Jalan Salib".
MENGAPA YESUS KRISTUS HARUS DISALIB?
Kayu salib tempat di mana Yesus mati merupakan misteri besar. Misteri kematian Yesus dan maknanya yang sebenarnya, menyampaikan dua hal yang penting tentang hubungan Allah dan hubungannya dengan manusia. Pertama, salah satu masalah yang paling mendesak dalam kehidupan adalah masalah dosa atau kejahatan melalui Yesus, Anak Allah, Allah bermaksud melenyapkan penderitaan yang diakibatkan manusia.
Oleh karena itu salib menunjukkan kepada kita bahwa walaupun Allah tidak melenyapkan penderitaan yang diakibatkan dosa manusia dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, Ia ikut mengambil bagian di dalamnya bersama kita.
Allah bukanlah hakim yang kejam yang menjatuhkan vonis yang tidak wajar kepada Yesus yang tidak bersalah. Pada kayu salib itu, Allah sebenarnya ikut mengalami akibat yang paling buruk dari keadaan kita yang berdosa. Kedua, salib menunjukkan kepada kita harga pengampunan dari Allah. Bagi kita sendiri, mengampuni orang lain sering menjadi hal yang sulit. Untuk mengampuni manusia, Allah menyerahkan AnakNya tunggal di kayu salib.
POLEMIK TENTANG PENYALIBAN YESUS JURU SELAMAT
Pandangan tertua mengatakan bahwa Yesus sebenarnya sudah menyadari bahwa kematiannya sudah dekat. Ini adalah kehendak Allah yang harus dijalankan. Pandangan seperti ini tersurat di dalam Alkitab. Paulus dalam Surat 1 Korintus menggambarkan kisah ini sebagai sebuah peristiwa yang 'sesuai dengan kitab suci'. Mazmur 22 dan Yesaya 53 juga disebut-sebut sebagai salah satu bukti bahwa peristiwa kematian Yesus adalah peristiwa yang telah ditetapkan, bahkan jauh sebelum Yesus lahir.
Di kalangan pakar sejarah mengenai Yesus argumen ini tidak selalu diterima. Albert Schweitzer, salah seorang penggagas gerakan Yesus Seminar, melihat peristiwa kematian Yesus sebagai peristiwa pemberontakan yang gagal. Yesus dituduh sebagai tokoh politik yang akan mengancam keberadaan Romawi dan Palestina, dan karena itu dia dibunuh. Kisah di dalam Injil tidak mereka terima sebagai peristiwa historis. Mereka memahami kisah kematian Yesus, yang tertulis di dalam injil, sebagai liturgi yang dipraktikkan di dalam gereja mula-mula
Dikutip dari beberapa sumber literatur.
BAGIKAN KE TEMAN ANDA