KAJIAN TEOLOGI - Kedatangan Sri Krishna sebagai Duta Kebenaran di Hastina.
Prabu Kresna datang ke pertemuan agung Hastina yang dipimpin langsung oleh Prabu Duryudana. Suasana mendadak hening, keriuhan terhenti, para pejabat Korawa terhenyak melihat Prabu Kresna berdiri dan menjelaskan maksud kedatangannya. Prabu Kresna mengatakan bahwa kedatangannya sebagai Duta Kebenaran, yang dalam hal ini Pandawa yang telah menjalani hukumannya dan kini meminta kembali haknya atas Indrapasta.
Duryudana dan para Korawa yang telah mendapat bisikan dari Patih Shakuni bertekad untuk tidak mengembalikan Indrapasta dengan berbagai alasan. Duryudana berkata bahwa Pandawa telah melanggar hukumannya untuk tidak muncul di hadapan umum. Ketika terjadi perselisihan antara Hastina dengan Wirata, para Pandawa telah menampakkan diri dan bahkan mengangkat senjata terhadap para Korawa kerabatnya sendiri.
Prabu Kresna menjelaskan bahwa saat itu menurut perhitungannya, para Pandawa sudah terlepas dari batas masa hukuman dan mereka mengangkat senjata karena saat itu mereka sedang mengabdi di Wirata dan sebagai penduduk Wirata. Adalah merupakan kewajiban mereka untuk mengangkat senjata demi membela negara.
Eyang Bhisma berusaha menengahi agar tidak terjadi perang saudara, sudah seharusnya sesama saudara saling membantu tanpa pamrih dan tidak menyimpan dendam.
Duryudana kemudian menanggapi bahwa Eyang Bhisma memang dari dulu lebih memilih Pandawa daripada Korawa. Arya Widura yang kesal atas jawaban Duryudana berkata dengan keras “Duryudana, perkataanmu terhadap kakekmu sudah keterlaluan dan bukan tindakan seorang raja, aku tidak akan merestui semua tindakanmu”. Dengan ketus Duryudana menjawab “Saya juga tidak ingin restu dari paman. Setiap garam dalam makanan paman berasal dari raja, mengapa paman tidak menurut padanya.” Dan, Widura langsung meletakkan busur panahnya dan pergi meninggalkan Hastina tanpa seucap kata pun.
Sri Krishna menjelaskan tentang dharma, agar Korawa sadar. Agar memilih ‘Sreya’ daripada ‘Preya’. “Ada yang menyenangkan atau Preya, dan ada yang memuliakan atau Shreya.” Sesuatu yang menyenangkan tidak selalu memuliakan. Tetapi, sesuatu yang memuliakan sudah pasti menyenangkan pula, walau di awalnya tidak terasa demikian. Sesuatu yang menyenangkan pada awalnya memang terasa manis, tetapi akhirnya terasa pahit. Sebaliknya, sesuatu yang memuliakan, awalnya barangkali terasa pahit akhirnya manis.” Dharma adalah sesuatu yang memuliakan.*4 Panca Aksara.
Sri Krishna mencoba meyakinkan Korawa agar mengambil tindakan mulia yang pahit, tetapi manis di akhirnya. Akhirnya Sri Krishna meminta konfirmasi apakah Duryudana akan mengembalikan Indrapasta. Duryudana menjawab, “Pandawa telah menghina keluarga Korawa. Semua Korawa telah bersepakat tidak akan duduk setingkat dengan para Pandawa dan tidak akan mengembalikan Indrapasta”.
Jawaban ini membuat Sri Krishna kesal dan berkata: “Duryudana, para tetua disini akan menjadi saksi atas perkataanmu, perkataanmu ini harus kau pertanggungjawabkan di kemudian hari.
Akan ada hari dimana mulutmu dikunci dan anggota tubuhmu akan dimintai pertanggungan jawab. ‘Sapa sing nandur bakal ngunduh…Aku akan memberitahukan keputusanmu kepada Pandawa!”.
Dihimpun dari berbagai literatur dan kisah Mahabharata.
Prabu Kresna datang ke pertemuan agung Hastina yang dipimpin langsung oleh Prabu Duryudana. Suasana mendadak hening, keriuhan terhenti, para pejabat Korawa terhenyak melihat Prabu Kresna berdiri dan menjelaskan maksud kedatangannya. Prabu Kresna mengatakan bahwa kedatangannya sebagai Duta Kebenaran, yang dalam hal ini Pandawa yang telah menjalani hukumannya dan kini meminta kembali haknya atas Indrapasta.
Duryudana dan para Korawa yang telah mendapat bisikan dari Patih Shakuni bertekad untuk tidak mengembalikan Indrapasta dengan berbagai alasan. Duryudana berkata bahwa Pandawa telah melanggar hukumannya untuk tidak muncul di hadapan umum. Ketika terjadi perselisihan antara Hastina dengan Wirata, para Pandawa telah menampakkan diri dan bahkan mengangkat senjata terhadap para Korawa kerabatnya sendiri.
Prabu Kresna menjelaskan bahwa saat itu menurut perhitungannya, para Pandawa sudah terlepas dari batas masa hukuman dan mereka mengangkat senjata karena saat itu mereka sedang mengabdi di Wirata dan sebagai penduduk Wirata. Adalah merupakan kewajiban mereka untuk mengangkat senjata demi membela negara.
Eyang Bhisma berusaha menengahi agar tidak terjadi perang saudara, sudah seharusnya sesama saudara saling membantu tanpa pamrih dan tidak menyimpan dendam.
Duryudana kemudian menanggapi bahwa Eyang Bhisma memang dari dulu lebih memilih Pandawa daripada Korawa. Arya Widura yang kesal atas jawaban Duryudana berkata dengan keras “Duryudana, perkataanmu terhadap kakekmu sudah keterlaluan dan bukan tindakan seorang raja, aku tidak akan merestui semua tindakanmu”. Dengan ketus Duryudana menjawab “Saya juga tidak ingin restu dari paman. Setiap garam dalam makanan paman berasal dari raja, mengapa paman tidak menurut padanya.” Dan, Widura langsung meletakkan busur panahnya dan pergi meninggalkan Hastina tanpa seucap kata pun.
Sri Krishna menjelaskan tentang dharma, agar Korawa sadar. Agar memilih ‘Sreya’ daripada ‘Preya’. “Ada yang menyenangkan atau Preya, dan ada yang memuliakan atau Shreya.” Sesuatu yang menyenangkan tidak selalu memuliakan. Tetapi, sesuatu yang memuliakan sudah pasti menyenangkan pula, walau di awalnya tidak terasa demikian. Sesuatu yang menyenangkan pada awalnya memang terasa manis, tetapi akhirnya terasa pahit. Sebaliknya, sesuatu yang memuliakan, awalnya barangkali terasa pahit akhirnya manis.” Dharma adalah sesuatu yang memuliakan.*4 Panca Aksara.
Sri Krishna mencoba meyakinkan Korawa agar mengambil tindakan mulia yang pahit, tetapi manis di akhirnya. Akhirnya Sri Krishna meminta konfirmasi apakah Duryudana akan mengembalikan Indrapasta. Duryudana menjawab, “Pandawa telah menghina keluarga Korawa. Semua Korawa telah bersepakat tidak akan duduk setingkat dengan para Pandawa dan tidak akan mengembalikan Indrapasta”.
Jawaban ini membuat Sri Krishna kesal dan berkata: “Duryudana, para tetua disini akan menjadi saksi atas perkataanmu, perkataanmu ini harus kau pertanggungjawabkan di kemudian hari.
Akan ada hari dimana mulutmu dikunci dan anggota tubuhmu akan dimintai pertanggungan jawab. ‘Sapa sing nandur bakal ngunduh…Aku akan memberitahukan keputusanmu kepada Pandawa!”.
Dihimpun dari berbagai literatur dan kisah Mahabharata.
BAGIKAN KE TEMAN ANDA